Sikap Ahlusunnah Terhadap Konflik Para Sahabat
Bismillah
Sesi 21 - Dauroh Aqidah Ramadhan ke-5 (1446H / 2025M)
📖 Pembahasan Kitab Aqidah Wasithiyah Karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
🖊 Tema: Sikap Ahlusunnah Terhadap Konflik Para Sahabat
🎙 Pemateri:
Ustadz Hamdi Solah Al Bakri, Lc.
hafidzahullahu ta'ala
🗓 Hari/Tanggal:
Sabtu, 22 Ramadhan 1446 H
/ 22 Maret 2025 M
◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆
*Sikap Ahlusunnah Terhadap Konflik Para Sahabat*
*Berlepas diri dari Rofidhoh*
Ahlus Sunnah berlepas diri dari jalan Rofidhoh yang membenci dan mencela para Sahabat, juga jalan Nawāshib yang menyakiti Ahli Bait dengan ucapan dan perbuatan.
Rofidhah adalah sebutan untuk kelompok penganut Syi'ah yang membenci sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Istilah ini berasal dari bahasa Arab Rāfiḍah yang berarti "mereka yang menolak" .
*Keyakinan orang Rofidhah/syiah diantaranya :*
*1. Mereka sangat membenci sahabat- sahabat nabi*
Mereka sangat membenci para sahabat nabi, bahkan sebagian ulama mengatakan mereka tidaklah membenci iblis, firaun, atau abu lahab. Orang yang paling buruk bagi mereka adalah Umar,Abu Bakar, Utsman, A'isyah, dll.
Hal ini sangat menyelisihi perintah Rasulullah, sebagaimana nabi bersabda:
"Tanda keimanan adalah mencintai kaum Anshar, dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar." (HR. Bukhari dan Muslim )
Bahkan Abu bakar, Umar, dan Utsman sangat dicintai oleh nabi. Nabi sering bepergian dengan Abu bakar dan Umar.
*2. Mereka Mengkafirkan Seluruh Sahabat.*
Orang Rafidhah mengkafirkan seluruh sahabat. Tak hanya dibenci, tapi mengkafirkan semuanya kecuali 3/4/7/9/ sekian belas orang. Jadi ada khilaf dari para ulama. Jumlah Sahabat yang 100.000±, dikafirkan seluruhnya. Agama mereka tidak masuk akal. Dan ini merupakan kesesatan yang nyata.
*3. Mereka Mengutamakan Ali Atas seluruh para sahabat*
Mereka mengutamakan Ali atas seluruh para sahabat. Bahkan berlebihan terhadap Ali, anak anaknya hasan husen, dan isterinya (Fathimah). Sikap ghuluw berlebih-lebihan dengan luar biasa dan meyakini sikap ketuhanan terhadap mereka.
Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
…وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِيْ الدِّيْنِ، فَإِنَّمَـا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِيْ الدِّيْنِ
"Dan jauhilah oleh kalian sikap ghuluw (berlebihan) dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena sikap ghuluw (berlebihan) dalam agama."
*4. Mereka menuduh para sahabat merampas khilafah dari Ali Bin Abi Thalib*
Para sahabat sepakat Abu bakar pengganti nabi setelah wafat. Lalu Umar, Utsman, baru Ali. Dan ini merupakan hal yang disetujui seluruh sahabat, atas isyarat nabi semasa hidup.
*Kelompok Nawashib atau Naashibah*
Kelompok yang bertentangan dengan kelompok rafidhah, yakni kelompok yang membenci dan memusuhi Ali Bin Abi Thalib.
Mereka berlepas diri dari jalan rafidah. Menyakiti ahlul bait (hasan husen) dan memusuhinya. Mereka awalnya membenci Ali saja, tapi lama-lama berlanjut kepada keluarga dan keturunannya.
Ibn Taymiyyah: "Mereka berlepas diri dari jalan orang Rafidhah, yaitu membenci ahlul bait."
*Ali termasuk orang yang dijamin masuk surga*
Dari Sa’id bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَشَرَةٌ فِى الْجَنَّةِ أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ وَعَلِىٌّ وَالزُّبَيْرُ وَطَلْحَةُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ وَسَعْدُ بْنُ أَبِى وَقَّاصٍ
“Ada sepuluh orang yang dijamin masuk surga: Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, ‘Ali di surga, Az-Zubair di surga, Thalhah di surga, ‘Abdurrahman (bin Auf) di surga, Abu Ubaidah (bin Al-Jarrah) di surga, dan Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga.”
Ali bin Abi Thalib adalah sahabat terbaik setelah Abu Bakar, Umar dan Utsman. Terbukti Saat perang khaibar, nabi memberikan pucuk pimpinan kepada Ali bin Abi Thalib.
Kemudian pada suatu malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para sahabatnya:
“Sungguh aku akan menyerahkan panji perang ini besok kepada seorang laki-laki yang Allah akan memberikan kemenangan lewat kedua tangannya, dia mencintai Allah dan Rasul-Nya serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.” Maka para sahabat sibuk membicarakan tentang siapakah yang akan menerima panji tersebut.
Maka ketika di pagi hari para sahabat mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masing-masing mengharap bahwa dialah yang akan diserahi panji perang tersebut. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Di manakah ‘Ali bin Abi Thalib?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, dia sedang sakit mata.” Beliau bersabda, “Panggillah dia untuk datang kesini.”
Ia pun didatangkan lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meludah pada kedua matanya dan mendo’akannya maka sembuhlah sakitnya bahkan seolah-olah tidak pernah sakit sebelumnya. Kemudian beliau menyerahkan panji perang tersebut kepadanya. Lalu ‘Ali bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah aku perangi mereka hingga menjadi muslim seperti kami?”
Beliau bersabda, “Berjalanlah dengan perlahan sampai engkau mendatangi halaman mereka, kemudian serulah mereka untuk masuk Islam dan beritahulah tentang hak-hak Allah yang wajib atas mereka. Demi Allah! Seandainya Allah memberi hidayah kepada satu orang saja dengan sebabmu maka itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta yang merah-merah.” (HR. Bukhari)
*Bersikap Diam Atas Perselisihan Antar Sahabat*
*Rafidah menuduh Ahlus sunnah wal jamaah membenci Ali bin Abi Thalib*
Kita meyakini bahwa para sahabat nabi adalah orang orang yang tidak maksum, bisa jadi melakukan dosa dan maksiat. Karena Para sahabat tidak sama dengan nabi dan rassul yang maksum terhadap dosa.
Terjadinya konflik dari para sahabat, kita harus menahan diri untuk tidak masuk dalam konteks tersebut (menuduh seperti rafidah). Ahlus Sunnah bersikap diam dari membicarakan perselisihan yang terjadi di antara para Sahabat.
Kalau disebutkan keburukan terhadap para sahabat, termasuk atsar-atsar yang diriwayatkan keburukan sahabat, dan diantaranya ada kedustaan. Maka kita diperintahkan untuk diam dan tidak boleh ikut membicarakannya.
Ibnu taimiyah mengatakan alasannya adalah kita harus suudzhan kepada para sahabat nabi.
Meski para sahabat tidak maksum, akan tetapi mereka melakukan dosa secara umum. Mereka memiliki kebaikan kebaikan dan keutamaan diatas kita.
Telah shohih hadits dari Rosulullah bahwa mereka adalah generasi terbaik dan sedekah satu mud dari seorang dari mereka lebih utama daripada sedekah emas sebesar gunung Uhud dari orang-orang setelah mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533)
Nabi bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘ahnu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya."
Misalnya riwayatnya shahih. Ada kesalahan yang dilakukan sahabat dari syiah/rafidhah:
1. Crosscheck terlebih dahulu kisahnya benar/tidak.
2. Kalau benar, ada yang ditambah atau dikurangi/tidak??
3. Dari Ibnu Taimiyah ada 8 sikap
*Kalau sahabat melakukan dosa, maka ada 8 sikap yang harus kita tempuh:*
1. Mereka telah bertaubat dari dosa tersebut.
2. Mereka telah melakukan kebaikan kebaikan untuk menghapusi dosanya.
3. Diampuni Allah karena sebagai orang terdahulu dalam keimanannya (assabiqunal awwalun).
Para Sahabat memiliki keistimewaan masuk Islam paling awal dan banyak keutamaan, yang menyebabkan dosa-dosa mereka terhapus, jika memang memiliki dosa. Bahkan amal mereka akan menghapus dosa-dosa mereka, yang tidak didapatkan oleh selain mereka, karena mereka memiliki amal sholih yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang datang setelah mereka.
4. Mereka diampuni dengan syafaat, mereka orang paling berhak mendapat syafaat dari Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wassalam.
Syafa’at ini hanya bagi Ahlut Tauhid wal Ikhlas, karena Abu Hurairah pernah bertanya kepada Nabi :
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan mendapatkan syafa’at baginda ?“. Beliau menjawab :
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
“Orang yang paling bahagia dengan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang orang yang mengatakan Laa ilaaha illallah secara ikhlas (murni) dari kalbunya“.
5. Mereka mendapat ujian di dunia agar dapat melebur atas kesalahannya. Ujian bisa menghapus dosa-dosa.
Nabi bersabda:
"Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, marabahaya, dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut" (HR Bukhari dan Muslim).
6. Bisa jadi mereka benar berdosa, akan tetapi atas itjihad yang dilakukannya..
◇ Ahlus Sunnah berpendapat bahwa riwayat-riwayat tentang kabar miring mereka sebagiannya dusta, sebagian lain telah ditambah atau dikurangi atau diubah-ubah dari aslinya.
◇ Dia Berusaha melakukan kebenaran berdasarkan dalil yang dia mengerti tentangnya, tapi dia salah..
◇ Jika dalam dosa yang telah mereka lakukan urusannya adalah demikian, lalu bagaimana dengan perkara-perkara yang mereka berijtihad padanya kalau benar, mereka memperoleh dua pahala, dan kalau salah, maka mereka memperoleh satu pahala, dan kesalahannya diampuni.
Ijtihad adalah suatu proses mencari dan menentukan suatu masalah syariat dengan bersungguh-sungguh bagi orang yang berilmu.
7. Kadar kesalahan sahabat sangat sedikit sekali (hanya sesekali) dan tenggelam dengan kebaikan kebaikannya.
Kadar yang diingkari dari perbuatan sebagian dari mereka sangatlah sedikit dan jarang, yang tenggelam oleh keutamaan-keutamaan dan kebaikan-kebaikan mereka, berupa keimanan kepada Allah dan RasulNya, jihad di jalanNya, hijrah, dukungan kepada Nabi, ilmu yang ber-manfaat, dan amal shalih.
8. Meyakini mereka adalah orang orang terbaik setelah nabi. Tidak ada dan tidak akan pernah ada orang seperti sahabat nabi. Kebaikan mereka sangat banyak kepada kita..
"Barangsiapa memerhatikan perjalanan hidup mereka dengan landasan ilmu dan bashirah, dan melihat keutamaan- keutamaan yang Allah limpahkan kepada mereka, niscaya dia akan mengetahui dengan yakin bahwa mereka adalah manusia terbaik setelah para nabi. Tidak ada dan tidak akan pernah ada yang seperti mereka, dan bahwa mereka adalah orang-orang pilihan dari generasi umat ini yang merupakan umat terbaik dan termulia di sisi Allah."
*Diantara prinsip ahlus sunnah wal jamaah adalah meyakini karamah*
[۱۷۲] وَمِنْ أُصُولِ أَهْلِ السُّنَّةِ: التَّصْدِيقُ بِكَرَامَاتِ الْأَوْلِيَاءِ، وَمَا يُجْرِي اللَّهُ عَلَى أَيْدِيهِمْ مِنْ خَوَارِقِ الْعَادَاتِ، فِي أَنْوَاعِ الْعُلُومِ وَالْمُكَاشَفَاتِ وَأَنْوَاعِ الْقُدْرَةِ وَالتَّأْثِيرَاتِ، وَالْمَأْثَوْرِ عَنْ سَالِفِ الْأُمَمِ فِي سُوْرَةِ الْكَهْفِ وَغَيْرِهَا، وَعَنْ صَدْرِ هَذِهِ الْأُمَّةِ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَسَائِرِ فِرَقِ الْأُمَّةِ، وَهِيَ مَوْجُودَةٌ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Di antara prinsip dasar Ahlus Sunnah adalah, mempercayai karamah para wali dan kejadian-kejadian luar biasa yang Allah tunjukkan melalui mereka dalam berbagai macam ilmu dan mukasyafah (penglihatan ghaib yang Allah tampakkan kepada waliNya) serta dalam berbagai macam kemampuan dan pengaruh, dan yang diriwayatkan dari umat-umat terdahulu di Surat al-Kahfi dan lainnya, dan dari generasi awal umat ini dari kalangan.
QS. Al-Jin Ayat 26:
عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِۦٓ أَحَدًا
"(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Al-Jin Ayat 27:
إِلَّا مَنِ ٱرْتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُۥ يَسْلُكُ مِنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ رَصَدًا
"Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
● Karamah untuk para wali: sesuatu yang tidak biasa yang terjadi pada kebanyakan orang.
*Contoh Karamah:*
♡ Kisah Ashabul kahfi
Surat Al-Kahfi Ayat 25
وَلَبِثُوا۟ فِى كَهْفِهِمْ ثَلَٰثَ مِا۟ئَةٍ سِنِينَ وَٱزْدَادُوا۟ تِسْعًا
"Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)."
♡ Ibunda Maryam selalu mendapatkan makanan dari Allah.
Surat Ali ‘Imran Ayat 37:
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا ٱلْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَٰمَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab."
◇ Kisah orang yang dimatikan selama ratusan tahun, lalu Allah hidupkan kembali
QS.Al Baqarah ayat 259:
"Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.
Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya, lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang), Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia, dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".
♡ Kejadian terhadap sahabat nabi Umar bin Khatab.
Kisah Umar bin Khoththob radiyallahu ‘anhu saat berkhutbah jumat. Para jama’ah terkejut mendengar ucapan Umar yang sedang mengarahkan para pasukan perang untuk menuju ke arah gunung. Padahal beliau sedang berkhutbah.
*Siapa wali Allah?*
Setiap mukmin yang beriman dan bertaqwa maka ia adalah wali Allah. Orang yang dicintai Allah karena ketaqwaannya dan amal shalihnya.
QS. Yunus ayat 62-63:
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
◇◇ Syarat jadi wali Allah adalah iman dan taqwa bukan karamah.
Yunus bin ‘Abdil A’la ash-Shadafi (wafat th. 264 H) rahimahullah pernah menyatakan:
“Aku pernah berkata kepada al-Imam asy-Syafi’i: ‘Aku mendengar Sahabat kita al-Laits bin Sa’ad menyatakan bahwa apabila kita melihat seseorang yang bisa berjalan di atas air, janganlah kita langsung menganggapnya sebagai wali Allah sebelum kita mengukur amalannya dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah."
Imam asy-Syafi’i menanggapi: ‘Ucapannya itu kurang.’ (Lalu beliau menambahkan): ‘Bahkan jika kalian menyaksikan seseorang dapat berjalan di atas air, atau terbang di udara sekalipun, janganlah kalian menganggapnya sebagai wali, sebelum kalian mengukur amalannya dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah."
◇◇ Jadi tidak ada wali Allah yang bisa jalan di atas air, terbang. Wali Allah bukan superhero.
◇◇ Bukan hal seperti ini yang dinamakan karamah. Dan karamah itu bukan seperti jurus yang bisa keluar kapan saja dimana saja, Hal ini terjadi spontan. Sifatnya spontan.
◇◇ Selain itu karamah terbesar yang paling baik adalah karamah berjalan di atas Sunnah.
Ibnu Taimiyah رحمه الله: “Sesungguhnya seseorang bisa istiqomah itu lebih agung daripada 1000 karomah yang dimiliki.”
◇◇ Beragamalah sesuai dengan metode para sahabat. Ahlus Sunnah mengikuti Nabi dan Sahabat dalam beragama dan menjauhi bidah.
Nabi bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).
● Itjma adalah bagian dari dalil dan dasar pegangan setelah alquran dan as sunnah..
Imam ahmad: itjma setelah para sahabat sangat sulit disatukan, berbeda pada zaman sahabat nabi.
*Karakteristik Al-Firqotun Najiyah:*
*(Daurah dari tahun lalu)*
🔖 Hanya merujuk kepada dalil yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
(QS. An Nisa: 59)
🔖 Tidak menolak dalil atau tidak mendahulukan yang lainnya selain Al-Quran dan As-Sunnah.
(QS. An Nisa: 115)
(QS. Zukhruf: 23)
(QS. Al-Baqarah: 170)
🔖 Menerima semua dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah dan meyalini bahwa tidak ada kontradiksi di dalamnya. Karena keduanya datang dari Allah Ta’ala. Yang ada hanya ilmu kita yang belum sampai untuk menguraikannya.
🔖 Meyakini bahwa dalil tidak bertentangan dengan akal.
Jika terdapat kontradiksi:
1. Mendahulukan dalil
2. Sadar bahwa akal kita terbatas dan lemah.
🔖Akal adalah nikmat dari Allah agar dapat menimbang suatu perkara.
Akal adalah alat *bukan dalil tersendiri*.
(QS. Al-Ankabut: 43)
🔖 Agama Islam sudah sempurna. Sehingga berhati-hati pada bid’ah dan mengingatkan bahaya bid’ah pada masyarakat.
🔖 Mengikuti sunnah Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan pemahaman para salaf atau para sahabat dan para pengikut sahabat.
Salafiyyun adalah generasi terbaik, yang Allah ridha kepada mereka.
🔖 Memiliki sikap pertengahan, wasatul ummah. Tidak berlebih-lebihan dan tidak juga bermudah-mudahan.
(QS. Al-Baqarah:143)
🔖 Cinta pada persatuan dan kebersamaan. Tidak berkelompok yang memiliki kepentingan lain kecuali hanya untuk kepentingan ilmu dan amal.
(QS. Ar-Rum: 31-32)
🔖 Meyakini bahwa tidak ada orang di umat ini yang maksum kecuali Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Semoga Bermanfaat
Ummu Aisyah
◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆
Sesi 21 - Dauroh Aqidah Ramadhan ke-5 (1446H / 2025M)
📖 Pembahasan Kitab Aqidah Wasithiyah Karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
🖊 Tema: Sikap Ahlusunnah Terhadap Konflik Para Sahabat
🎙 Pemateri:
Ustadz Hamdi Solah Al Bakri, Lc.
hafidzahullahu ta'ala
🗓 Hari/Tanggal:
Sabtu, 22 Ramadhan 1446 H
/ 22 Maret 2025 M
◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆
*Sikap Ahlusunnah Terhadap Konflik Para Sahabat*
*Berlepas diri dari Rofidhoh*
Ahlus Sunnah berlepas diri dari jalan Rofidhoh yang membenci dan mencela para Sahabat, juga jalan Nawāshib yang menyakiti Ahli Bait dengan ucapan dan perbuatan.
Rofidhah adalah sebutan untuk kelompok penganut Syi'ah yang membenci sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Istilah ini berasal dari bahasa Arab Rāfiḍah yang berarti "mereka yang menolak" .
*Keyakinan orang Rofidhah/syiah diantaranya :*
*1. Mereka sangat membenci sahabat- sahabat nabi*
Mereka sangat membenci para sahabat nabi, bahkan sebagian ulama mengatakan mereka tidaklah membenci iblis, firaun, atau abu lahab. Orang yang paling buruk bagi mereka adalah Umar,Abu Bakar, Utsman, A'isyah, dll.
Hal ini sangat menyelisihi perintah Rasulullah, sebagaimana nabi bersabda:
"Tanda keimanan adalah mencintai kaum Anshar, dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar." (HR. Bukhari dan Muslim )
Bahkan Abu bakar, Umar, dan Utsman sangat dicintai oleh nabi. Nabi sering bepergian dengan Abu bakar dan Umar.
*2. Mereka Mengkafirkan Seluruh Sahabat.*
Orang Rafidhah mengkafirkan seluruh sahabat. Tak hanya dibenci, tapi mengkafirkan semuanya kecuali 3/4/7/9/ sekian belas orang. Jadi ada khilaf dari para ulama. Jumlah Sahabat yang 100.000±, dikafirkan seluruhnya. Agama mereka tidak masuk akal. Dan ini merupakan kesesatan yang nyata.
*3. Mereka Mengutamakan Ali Atas seluruh para sahabat*
Mereka mengutamakan Ali atas seluruh para sahabat. Bahkan berlebihan terhadap Ali, anak anaknya hasan husen, dan isterinya (Fathimah). Sikap ghuluw berlebih-lebihan dengan luar biasa dan meyakini sikap ketuhanan terhadap mereka.
Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
…وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِيْ الدِّيْنِ، فَإِنَّمَـا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِيْ الدِّيْنِ
"Dan jauhilah oleh kalian sikap ghuluw (berlebihan) dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena sikap ghuluw (berlebihan) dalam agama."
*4. Mereka menuduh para sahabat merampas khilafah dari Ali Bin Abi Thalib*
Para sahabat sepakat Abu bakar pengganti nabi setelah wafat. Lalu Umar, Utsman, baru Ali. Dan ini merupakan hal yang disetujui seluruh sahabat, atas isyarat nabi semasa hidup.
*Kelompok Nawashib atau Naashibah*
Kelompok yang bertentangan dengan kelompok rafidhah, yakni kelompok yang membenci dan memusuhi Ali Bin Abi Thalib.
Mereka berlepas diri dari jalan rafidah. Menyakiti ahlul bait (hasan husen) dan memusuhinya. Mereka awalnya membenci Ali saja, tapi lama-lama berlanjut kepada keluarga dan keturunannya.
Ibn Taymiyyah: "Mereka berlepas diri dari jalan orang Rafidhah, yaitu membenci ahlul bait."
*Ali termasuk orang yang dijamin masuk surga*
Dari Sa’id bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَشَرَةٌ فِى الْجَنَّةِ أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ وَعَلِىٌّ وَالزُّبَيْرُ وَطَلْحَةُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ وَسَعْدُ بْنُ أَبِى وَقَّاصٍ
“Ada sepuluh orang yang dijamin masuk surga: Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, ‘Ali di surga, Az-Zubair di surga, Thalhah di surga, ‘Abdurrahman (bin Auf) di surga, Abu Ubaidah (bin Al-Jarrah) di surga, dan Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga.”
Ali bin Abi Thalib adalah sahabat terbaik setelah Abu Bakar, Umar dan Utsman. Terbukti Saat perang khaibar, nabi memberikan pucuk pimpinan kepada Ali bin Abi Thalib.
Kemudian pada suatu malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para sahabatnya:
“Sungguh aku akan menyerahkan panji perang ini besok kepada seorang laki-laki yang Allah akan memberikan kemenangan lewat kedua tangannya, dia mencintai Allah dan Rasul-Nya serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.” Maka para sahabat sibuk membicarakan tentang siapakah yang akan menerima panji tersebut.
Maka ketika di pagi hari para sahabat mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masing-masing mengharap bahwa dialah yang akan diserahi panji perang tersebut. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Di manakah ‘Ali bin Abi Thalib?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, dia sedang sakit mata.” Beliau bersabda, “Panggillah dia untuk datang kesini.”
Ia pun didatangkan lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meludah pada kedua matanya dan mendo’akannya maka sembuhlah sakitnya bahkan seolah-olah tidak pernah sakit sebelumnya. Kemudian beliau menyerahkan panji perang tersebut kepadanya. Lalu ‘Ali bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah aku perangi mereka hingga menjadi muslim seperti kami?”
Beliau bersabda, “Berjalanlah dengan perlahan sampai engkau mendatangi halaman mereka, kemudian serulah mereka untuk masuk Islam dan beritahulah tentang hak-hak Allah yang wajib atas mereka. Demi Allah! Seandainya Allah memberi hidayah kepada satu orang saja dengan sebabmu maka itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta yang merah-merah.” (HR. Bukhari)
*Bersikap Diam Atas Perselisihan Antar Sahabat*
*Rafidah menuduh Ahlus sunnah wal jamaah membenci Ali bin Abi Thalib*
Kita meyakini bahwa para sahabat nabi adalah orang orang yang tidak maksum, bisa jadi melakukan dosa dan maksiat. Karena Para sahabat tidak sama dengan nabi dan rassul yang maksum terhadap dosa.
Terjadinya konflik dari para sahabat, kita harus menahan diri untuk tidak masuk dalam konteks tersebut (menuduh seperti rafidah). Ahlus Sunnah bersikap diam dari membicarakan perselisihan yang terjadi di antara para Sahabat.
Kalau disebutkan keburukan terhadap para sahabat, termasuk atsar-atsar yang diriwayatkan keburukan sahabat, dan diantaranya ada kedustaan. Maka kita diperintahkan untuk diam dan tidak boleh ikut membicarakannya.
Ibnu taimiyah mengatakan alasannya adalah kita harus suudzhan kepada para sahabat nabi.
Meski para sahabat tidak maksum, akan tetapi mereka melakukan dosa secara umum. Mereka memiliki kebaikan kebaikan dan keutamaan diatas kita.
Telah shohih hadits dari Rosulullah bahwa mereka adalah generasi terbaik dan sedekah satu mud dari seorang dari mereka lebih utama daripada sedekah emas sebesar gunung Uhud dari orang-orang setelah mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533)
Nabi bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘ahnu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya."
Misalnya riwayatnya shahih. Ada kesalahan yang dilakukan sahabat dari syiah/rafidhah:
1. Crosscheck terlebih dahulu kisahnya benar/tidak.
2. Kalau benar, ada yang ditambah atau dikurangi/tidak??
3. Dari Ibnu Taimiyah ada 8 sikap
*Kalau sahabat melakukan dosa, maka ada 8 sikap yang harus kita tempuh:*
1. Mereka telah bertaubat dari dosa tersebut.
2. Mereka telah melakukan kebaikan kebaikan untuk menghapusi dosanya.
3. Diampuni Allah karena sebagai orang terdahulu dalam keimanannya (assabiqunal awwalun).
Para Sahabat memiliki keistimewaan masuk Islam paling awal dan banyak keutamaan, yang menyebabkan dosa-dosa mereka terhapus, jika memang memiliki dosa. Bahkan amal mereka akan menghapus dosa-dosa mereka, yang tidak didapatkan oleh selain mereka, karena mereka memiliki amal sholih yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang datang setelah mereka.
4. Mereka diampuni dengan syafaat, mereka orang paling berhak mendapat syafaat dari Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wassalam.
Syafa’at ini hanya bagi Ahlut Tauhid wal Ikhlas, karena Abu Hurairah pernah bertanya kepada Nabi :
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan mendapatkan syafa’at baginda ?“. Beliau menjawab :
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
“Orang yang paling bahagia dengan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang orang yang mengatakan Laa ilaaha illallah secara ikhlas (murni) dari kalbunya“.
5. Mereka mendapat ujian di dunia agar dapat melebur atas kesalahannya. Ujian bisa menghapus dosa-dosa.
Nabi bersabda:
"Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, marabahaya, dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut" (HR Bukhari dan Muslim).
6. Bisa jadi mereka benar berdosa, akan tetapi atas itjihad yang dilakukannya..
◇ Ahlus Sunnah berpendapat bahwa riwayat-riwayat tentang kabar miring mereka sebagiannya dusta, sebagian lain telah ditambah atau dikurangi atau diubah-ubah dari aslinya.
◇ Dia Berusaha melakukan kebenaran berdasarkan dalil yang dia mengerti tentangnya, tapi dia salah..
◇ Jika dalam dosa yang telah mereka lakukan urusannya adalah demikian, lalu bagaimana dengan perkara-perkara yang mereka berijtihad padanya kalau benar, mereka memperoleh dua pahala, dan kalau salah, maka mereka memperoleh satu pahala, dan kesalahannya diampuni.
Ijtihad adalah suatu proses mencari dan menentukan suatu masalah syariat dengan bersungguh-sungguh bagi orang yang berilmu.
7. Kadar kesalahan sahabat sangat sedikit sekali (hanya sesekali) dan tenggelam dengan kebaikan kebaikannya.
Kadar yang diingkari dari perbuatan sebagian dari mereka sangatlah sedikit dan jarang, yang tenggelam oleh keutamaan-keutamaan dan kebaikan-kebaikan mereka, berupa keimanan kepada Allah dan RasulNya, jihad di jalanNya, hijrah, dukungan kepada Nabi, ilmu yang ber-manfaat, dan amal shalih.
8. Meyakini mereka adalah orang orang terbaik setelah nabi. Tidak ada dan tidak akan pernah ada orang seperti sahabat nabi. Kebaikan mereka sangat banyak kepada kita..
"Barangsiapa memerhatikan perjalanan hidup mereka dengan landasan ilmu dan bashirah, dan melihat keutamaan- keutamaan yang Allah limpahkan kepada mereka, niscaya dia akan mengetahui dengan yakin bahwa mereka adalah manusia terbaik setelah para nabi. Tidak ada dan tidak akan pernah ada yang seperti mereka, dan bahwa mereka adalah orang-orang pilihan dari generasi umat ini yang merupakan umat terbaik dan termulia di sisi Allah."
*Diantara prinsip ahlus sunnah wal jamaah adalah meyakini karamah*
[۱۷۲] وَمِنْ أُصُولِ أَهْلِ السُّنَّةِ: التَّصْدِيقُ بِكَرَامَاتِ الْأَوْلِيَاءِ، وَمَا يُجْرِي اللَّهُ عَلَى أَيْدِيهِمْ مِنْ خَوَارِقِ الْعَادَاتِ، فِي أَنْوَاعِ الْعُلُومِ وَالْمُكَاشَفَاتِ وَأَنْوَاعِ الْقُدْرَةِ وَالتَّأْثِيرَاتِ، وَالْمَأْثَوْرِ عَنْ سَالِفِ الْأُمَمِ فِي سُوْرَةِ الْكَهْفِ وَغَيْرِهَا، وَعَنْ صَدْرِ هَذِهِ الْأُمَّةِ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَسَائِرِ فِرَقِ الْأُمَّةِ، وَهِيَ مَوْجُودَةٌ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Di antara prinsip dasar Ahlus Sunnah adalah, mempercayai karamah para wali dan kejadian-kejadian luar biasa yang Allah tunjukkan melalui mereka dalam berbagai macam ilmu dan mukasyafah (penglihatan ghaib yang Allah tampakkan kepada waliNya) serta dalam berbagai macam kemampuan dan pengaruh, dan yang diriwayatkan dari umat-umat terdahulu di Surat al-Kahfi dan lainnya, dan dari generasi awal umat ini dari kalangan.
QS. Al-Jin Ayat 26:
عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِۦٓ أَحَدًا
"(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Al-Jin Ayat 27:
إِلَّا مَنِ ٱرْتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُۥ يَسْلُكُ مِنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ رَصَدًا
"Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
● Karamah untuk para wali: sesuatu yang tidak biasa yang terjadi pada kebanyakan orang.
*Contoh Karamah:*
♡ Kisah Ashabul kahfi
Surat Al-Kahfi Ayat 25
وَلَبِثُوا۟ فِى كَهْفِهِمْ ثَلَٰثَ مِا۟ئَةٍ سِنِينَ وَٱزْدَادُوا۟ تِسْعًا
"Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)."
♡ Ibunda Maryam selalu mendapatkan makanan dari Allah.
Surat Ali ‘Imran Ayat 37:
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا ٱلْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَٰمَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab."
◇ Kisah orang yang dimatikan selama ratusan tahun, lalu Allah hidupkan kembali
QS.Al Baqarah ayat 259:
"Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.
Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya, lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang), Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia, dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".
♡ Kejadian terhadap sahabat nabi Umar bin Khatab.
Kisah Umar bin Khoththob radiyallahu ‘anhu saat berkhutbah jumat. Para jama’ah terkejut mendengar ucapan Umar yang sedang mengarahkan para pasukan perang untuk menuju ke arah gunung. Padahal beliau sedang berkhutbah.
*Siapa wali Allah?*
Setiap mukmin yang beriman dan bertaqwa maka ia adalah wali Allah. Orang yang dicintai Allah karena ketaqwaannya dan amal shalihnya.
QS. Yunus ayat 62-63:
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
◇◇ Syarat jadi wali Allah adalah iman dan taqwa bukan karamah.
Yunus bin ‘Abdil A’la ash-Shadafi (wafat th. 264 H) rahimahullah pernah menyatakan:
“Aku pernah berkata kepada al-Imam asy-Syafi’i: ‘Aku mendengar Sahabat kita al-Laits bin Sa’ad menyatakan bahwa apabila kita melihat seseorang yang bisa berjalan di atas air, janganlah kita langsung menganggapnya sebagai wali Allah sebelum kita mengukur amalannya dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah."
Imam asy-Syafi’i menanggapi: ‘Ucapannya itu kurang.’ (Lalu beliau menambahkan): ‘Bahkan jika kalian menyaksikan seseorang dapat berjalan di atas air, atau terbang di udara sekalipun, janganlah kalian menganggapnya sebagai wali, sebelum kalian mengukur amalannya dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah."
◇◇ Jadi tidak ada wali Allah yang bisa jalan di atas air, terbang. Wali Allah bukan superhero.
◇◇ Bukan hal seperti ini yang dinamakan karamah. Dan karamah itu bukan seperti jurus yang bisa keluar kapan saja dimana saja, Hal ini terjadi spontan. Sifatnya spontan.
◇◇ Selain itu karamah terbesar yang paling baik adalah karamah berjalan di atas Sunnah.
Ibnu Taimiyah رحمه الله: “Sesungguhnya seseorang bisa istiqomah itu lebih agung daripada 1000 karomah yang dimiliki.”
◇◇ Beragamalah sesuai dengan metode para sahabat. Ahlus Sunnah mengikuti Nabi dan Sahabat dalam beragama dan menjauhi bidah.
Nabi bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).
● Itjma adalah bagian dari dalil dan dasar pegangan setelah alquran dan as sunnah..
Imam ahmad: itjma setelah para sahabat sangat sulit disatukan, berbeda pada zaman sahabat nabi.
*Karakteristik Al-Firqotun Najiyah:*
*(Daurah dari tahun lalu)*
🔖 Hanya merujuk kepada dalil yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
(QS. An Nisa: 59)
🔖 Tidak menolak dalil atau tidak mendahulukan yang lainnya selain Al-Quran dan As-Sunnah.
(QS. An Nisa: 115)
(QS. Zukhruf: 23)
(QS. Al-Baqarah: 170)
🔖 Menerima semua dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah dan meyalini bahwa tidak ada kontradiksi di dalamnya. Karena keduanya datang dari Allah Ta’ala. Yang ada hanya ilmu kita yang belum sampai untuk menguraikannya.
🔖 Meyakini bahwa dalil tidak bertentangan dengan akal.
Jika terdapat kontradiksi:
1. Mendahulukan dalil
2. Sadar bahwa akal kita terbatas dan lemah.
🔖Akal adalah nikmat dari Allah agar dapat menimbang suatu perkara.
Akal adalah alat *bukan dalil tersendiri*.
(QS. Al-Ankabut: 43)
🔖 Agama Islam sudah sempurna. Sehingga berhati-hati pada bid’ah dan mengingatkan bahaya bid’ah pada masyarakat.
🔖 Mengikuti sunnah Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan pemahaman para salaf atau para sahabat dan para pengikut sahabat.
Salafiyyun adalah generasi terbaik, yang Allah ridha kepada mereka.
🔖 Memiliki sikap pertengahan, wasatul ummah. Tidak berlebih-lebihan dan tidak juga bermudah-mudahan.
(QS. Al-Baqarah:143)
🔖 Cinta pada persatuan dan kebersamaan. Tidak berkelompok yang memiliki kepentingan lain kecuali hanya untuk kepentingan ilmu dan amal.
(QS. Ar-Rum: 31-32)
🔖 Meyakini bahwa tidak ada orang di umat ini yang maksum kecuali Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Semoga Bermanfaat
Ummu Aisyah
◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆
Comments
Post a Comment