Bahaya Bicara Agama Tanpa Ilmu
⏰ Tabligh Akbar
📖Bahaya Bicara Agama Tanpa Ilmu
👤 Ustadz Dr. Musyaffa' Ad-Dariny, M.A. hafizhahullah
📆 Ahad, 10 Muharrom 1447 H / 6 Juli 2025
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Bahaya Bicara Agama Tanpa Ilmu
Di zaman kita sekarang ini, banyak yang terjebak dengan Bahaya Bicara Agama Tanpa Ilmu. Banyak yang jahil dalam agama, tapi dia berani bahkan sangat berani berbicara tentang agama.
Seakan-akan berbicara agama tidak ada konsekuensi sama sekali, seakan-akan semuanya tidak dicatat sama sekali, dan seakan-akan tidak ada pertanggung jawab di akherat nanti..
Ini merupakan bentuk Mengolok olok agama dan itu adalah tindak kekufururan..Di zaman nabi, kaum kafir sering kali mengolok olok para sahabat nabi. Mereka hanya berkata ini adalah candaan dan bermain-main saja.
Ini merupakan bentuk Mengolok olok agama dan itu adalah tindak kekufururan..Di zaman nabi, kaum kafir sering kali mengolok olok para sahabat nabi. Mereka hanya berkata ini adalah candaan dan bermain-main saja.
Karenanya Allah menurunkan ayat dalam al qur'an Surat At-Taubah Ayat 66:
لَا تَعْتَذِرُوا۟ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَٰنِكُمْ ۚ إِن نَّعْفُ عَن طَآئِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَآئِفَةًۢ بِأَنَّهُمْ كَانُوا۟ مُجْرِمِينَ
"Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa."
Candaan tentang agama di zaman kita dianggap sudah biasa dan sangat banyak.
Sebagai contoh: Candaan tentang jenggot. Mereka mengatakan orang yang berjenggot itu semakin panjang jenggotnya, maka semakin goblok. Dan yg mengatakan ini bukan orang biasa, tapi yang mengaku sebagai seorang ustadz..
Ada juga yang mengatakan syariat islam tidak relevan lagi di zaman modern ini. Seakan akan Allah tidak mampu membuat syariat semua zaman, padahal Allah Maha mampu segala galanya..Allah Maha berkuasa dan mengurusi semuanya dari zaman sederhana (dahulu) hingga zaman modern sekarang ini.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah/5: 3]
Maka sangatlah bodoh, orang yang mengatakan islam tidak relevan lagi pada zaman sekarang..
Berbicara agama tanpa ilmu mengenai Tauhid. Ada yang mengatakan pembagian tauhid ada 3 dan disamakan dengan trinitas. Dan yang mengatakan ini adalah ustadz yang belajar di saudi..Subhannallahu...
Berbicara agama tanpa ilmu..
Contoh setiap akhir tahun, banyak kaum muslimin mengucapkan selamat kelahiran nabi isa (selamat natal)..
Dalil mereka Surat Maryam Ayat 33,
Allah Berfirman:
وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".
Sebenarnya ayat Ini adalah doa, bukan dalil untuk mengucapkan selamat natal setiap tahun..
Berbicara agama tanpa ilmu..
Di zaman sekarang ini banyak sekali yang menghalalkan alat musik. Mereka mengkiaskan alat musik dengan pisau. Ini semua termakan oleh syubhat..
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh (benar benar) akan datang / ada sekelompok umatku yang menghalalkan zina, sutera baagi laki laki, minun khamr, dan juga alat-alat musik.” (HR.Bukhori)
Ibnu Haźm yang hidup di Andalusia pada abad ke 5 hijiryah: dia lah yang menghalalkan musik..Beliau adalah orang yang mulia, tapi terkait musik beliau salah..
Ibnu Hazm Al-Andalusi Al-Qurthubi rahimahullah menganggap bahwa hadits di atas terputus sanadnya (baca: hadits munqathi’) antara Imam Bukhari dan Shadaqah bin Khalid.
Akan tetapi, pendapat Ibnu Hazm rahimahullah dalam hal ini adalah pendapat yang keliru, sebagaimana yang telah dibantah panjang lebar oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dari enam sisi bantahan. Juga telah dibantah oleh para ulama hadits lainnya.
Sebagian orang berpegang pada pendapat Ibnu Hazm rahimahullah dalam rangka menghalalkan musik. Fitrah manusia sangat menyukai musik. Seperti Orang-orang sufi sangat menikmati musik, mereka merasa hatinya tenang..
Padahal telah valid tanpa keraguan tentang keshahihan hadits di atas. Dan umat ini pun terancam hukuman (adzab) ketika alat-alat musik ini telah membudaya di tengah-tengah masyarakat.
Betapa bahayanya Berbicara agama tanpa ilmu, berikut beberapa diantaranya:
1. Bahwa agama islam itu adalah syariat Allah
Itu berarti kita berbicara atas nama Allah. Hukum syariat itu adalah firman Allah.
Definisi hukum syariat adakah firman Allah yang berkait dengan perbuatan para mukallaf, baik itu berupa tuntutan, pemberian atau dalam bentuk tanda-tanda.
Kalau kita tidak memiliki dalil yang kuat, lebih baik kita diam, jangan memberikan komentar atau pendapat. Diam saat itu adalah emas, diam adalah kebaikan.
Cobaan di zaman kita ini sangatlah berat. Banyak orang pandai berkomentar dan berargumen, bahkan suka berdebat.
Ingat! Tulisan itu seperti ucapan, maka jangan remehkan..
Ada banyak dalil yang menunjukan bahaya bicara agama tanpa ilmu..
Dengan wafatnya ulama, berarti Allah telah mulai mengangkat ilmu dari manusia. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
"Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“
Jadi berkata-kata tanpa ilmu adalah perbuatan sesat dan menyesatkan banyak orang. Karenanya kita harus berhati hati..
Orang sekarang ini banyak yang aneh, kalau diajak bicara tentang kesehatan mereka takut. Kalau berbicara tentang agama merasa paling tahu. Bahkan ada ulama di depannya saja, dia berani mendebat ulama tersebut..
Ingat! Konsekuensi salah bicara masalah agama akan dipertanggung jawaban hingga akherat kelak..
Kerusakan di ruh (hati) itu sangat buruk dibanding kerusakan jasad (badan yang sakit)..
Orang yang paling sesat adalah orang yang berbicara degan hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah..
Allah Berfirman dalam Surat Al-Qashash Ayat 50:
فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكَ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
Setan itu memerintahkan kepada kalian untuk melakukan perbuatan buruk dan keji serta agar kalian mengatakan sesuatu tentang Allah tanpa dasar ilmu. Setan sangat senang dengan orang seperti ini. Orang yang berbicara tanpa ilmu..
Sebagaimana Allah Berfirman dalam
Surat Al-Baqarah Ayat 169:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui."
Orang yang berbicara tanpa ilmu, berarti mengajak orang lain kepada kesesatan. Kalau orang lain mengikutinya, dia akan mendapatkan dosa jariyah/ dosa yang berantai..Nauzubillah Minzalik..
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun."
Betapa banyak orang seperti ini, berbicara tanpa ilmu.
2. Berbicara agama tanpa ilmu. Ini adalah dosa.
Ada orang yang berbicara tanpa ilmu, agar mendapat harta/ uang. Dia pun mengeluarkan fatwa pesanan dan dia mendapatkan bayaran yang tidak seberapa (uang). Namun di akherat kelak dia akan mendapatkan Azab yang sangat pedih..
Surat An-Nahl Ayat 116:
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ ٱلْكَذِبَ هَٰذَا حَلَٰلٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung."
Surat An-Nahl Ayat 117:
مَتَٰعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
"(Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih.
Ibnul Qayyim mengatakan, Allah subhanahu wa ta’ala telah mengharamkan berbicara tentang-Nya tanpa dasar ilmu baik dalam fatwa dan memberi keputusan.
Allah menjadikan perbuatan ini sebagai keharaman paling besar bahkan Dia menjadikannya sebagai tingkatan dosa paling tinggi.
Perkara-perkara yang diharamkan ada 4 tingkatan:
Dan Allah telah memulai dengan menyebutkan tingkatan paling ringan. Pertama dosa-dosa kecil, tingkatan kedua dosa dari kezaliman, selanjutnya dosa kesyirikan kepada Allah, dan yang paling besar adalah berkata atas nama Allah tanpa ilmu..
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui“.” (QS. Al A’rof: 33)”
Ibnul Qayyim -rahimahullah- ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Allah mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan yaitu al fawaahisy (perbuatan keji). Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar.
Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi yaitu berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu.
Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari’at-Nya.
Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena berbicara tentang Allah dan agama-Nya tanpa dasar ilmu akan membawa pada dosa-dosa yang lainnya.
Ibnu qayim: adapun berbicara ttg Allah tanpa dasar ilmu..ini adalah keharaman yang paling parah, paling tinggi dan paling besar dosanya. Oleh karenanya dosa ini adalah tingkatan keempat dari dosa..
Ini menunjukan hal yang sangat berbahaya sekali. Maka kita harus lebih berhati hati.
Ibnu qayim: Tidak ada jenis perbuatan yang diharamkan yang lebih besar dosanya, dibanding berbicara tanpa ilmu. Karena itu adalah sumber kesyrikan dan kekufuran..
Dari situlah dibangun bid'ah bid'ah dan kesesatan kesesatan, sumbernya berbicara agama tanpa ilmu..
Ibnu qayim: semua kebid'ahan yang menyesatkan agama ini, dasarnya adalah perkataan agama tanpa ilmu..
Ternyata yang dianggap orang sepele, berbicara agama tanpa ilmu itu sangat berbahaya sekali..
Dari al-Bara' (bin 'Azib): aku telah melihat 300 orang yang mengikuti Perang Badar, tidak seorang pun dari mereka, kecuali dia ingin dan senang apabila temannya berfatwa,"
As sa'di: sesungguhnya kalian itu benar benar bisa berfatwa pada satu masalah. Apabila ditanyakan kepada sahabat umar, maka umar akan mengumpulkan sahabat sahabat perang badar.
Berbicara tentang agama itu juga harus memperhatikan cara kita berbicara..
Surat Al-Muzzammil Ayat 5:
إِنَّا سَنُلْقِى عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."
Ayat ini menunjukan bahwa syariat itu berat. Maka jangan sampai cara penyampaikan kita membuat syariat itu semakin berat.
Misal: yang kita lontarkan dengan kata kata kasar dan keras, sehingga membuat orang yang mendengarkan semakin menjauh dan menolak syariat islam. Karenanya haluskan cara berdakwah kita, agar orang mau menerima syariat islam.
Karena rahmatnya dari Allah, nabi Muhammad berlaku lemah lembut.
QS. Al Imran ayat 159:
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu."
Allah juga Berfirman dalam Surat Al-Anbiya Ayat 107:
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Imam abu hanifah: kalau bukan karena saking takutnya aku kepada Allah, akan hilangnya ilmu..maka aku tidak akan berfatwa...
Karena berfatwa itu resikonya tinggi dan jika salah, aku akan mendapatkan dosanya..
Imam malik: pernah ditanya 50 pertanyaan, dia tidak menjawab satu pun.
Barangsiapa yang ingin menjawab ttg agama, maka hendaknya dia membayangkan dirinya di depan surga dan neraka. Dan hendaknya dia berpikir selamat dari neraka, kemudian dia boleh menjawabnya..
Imam syafei: dia pernah ditanya ttg sesuatu, beliau tidak mau menjawab. Karena aku belum tahu apakah yang lebih baik, apakah aku harus diam atau menjawabnya.
Ini adalah bentuk kehatian-hatian dari para ulama dalam menjawab segala sesuatu. Mereka tidak malu sama sekali untuk mengatakan saya tidak tahu..
As sa'di : dia ditanya tentang sesuatu, dia menjawab aku tidak tahu. Orang yabg bertanya berkata: Apakah kamu tdk malu wahai sa'di, sedangkan kamu adalah ahli fiqih pendudukan iraq?
Sa'di menjawab: akan tetapi malaikat tidak malu, kami tidak punya ilmu sekali, kecuali yang Allah ajarkan kpd kami..
Aku benar melihat imam malik, ditanya ttg 48 pertanyaan.dan dia mengatakan aku tidak mengetahui 32 pertanyaan..yang hanya dijawab hanya 16 saja.
Imam malik: pernah ditanya tentanf sesuatu dan dia menjawab aku tidak tahu..
Wahai imam malik ini masalah biasa dan ringan..
Imam malik pun marah dan berkata: Tidak ada sesuatu yang ringan dalam masalah ilmu agama..
Imam ahmad: aku sering mendengar imam ahmad bin hambal mengatakan aku tidak tahu, padahal ini masalah yang sudah mahsyur..
Imam abu daud: aku tidak bisa menghitung lagi dari perkataan dari imam ahmad mengatakan aku tidak tahu..
Ini menunjukkan kehatian-hatian dari para ulama..
Karenanya kita harus berhati2 dalam masalah agama..
Abdullah bin Mas’ud berkata,
يا أيها الناس من علم شيئا فليقل به ومن لم يعلم فليقل الله أعلم فإن من العلم أن يقول لما لا يعلم الله أعلم
"Wahai manusia barangsiapa yang berilmu tentang sesuatu maka hendaklah ia berkata dengan ilmunya tersebut dan barangsiapa yang tidak berilmu (tidak mengetahui) maka hendaklah ia berkata “Allahu A’lam” (Allahlah yang labih mengetahui) karena sesungguhnya merupakan ilmu seseorang berkata “Allahu A’lam” tentang perkara yang ia tidak mengetahui ilmunya"
Beliau juga berkata,
إن الذي يفتي الناس في كل ما يستفتونه فيه مجنون
((Sesungguhnya orang yang berfatwa kepada manusia pada setiap perkara yang mereka tanyakan maka ia adalah orang gila))
Orang yang paling berani berfatwa adalah orang paling sedikit ilmunya dan paling dangkal ilmunya..
Imam ahmad: jangan sampai berbicara ttg masalah apapun, tidak ada orang yang berbicara ttg itu. Ini sangat berbahaya..karena potensi kesalahan yang ditimbulkan akan sangat besar..
Semoga hal ini sebagai nasehat bagi kita semua. Begitu banyak kita lihat saudara-saudara kita memberi komentar dalam masalah agama, padahal tidak ada satu pun dasar dari Al Qur’an dan Hadits yang ia bawa, bahkan mereka jarang mempelajari agama tetapi sangat nekad dan berani untuk memberi komentar.
Semestinya setiap muslim selalu menjaga lisan dan perkataan. Seharusnya setiap muslim yang tidak memiliki ilmu agama diam dan tidak banyak bicara daripada banyak komentar sana-sini tanpa dasar ilmu sama sekali. Hanya kepada Allah kami meminta perlindungan dari dosa semacam ini.
Semoga Allah membimbing kita dalam setiap perkataan dan perbuatan kita di sisa hidup ini. Allah selamatkan kita dari perbuatan dosa, bid'ah, kesyirikan dan berbicara agama tanpa ilmu..Aamiin..
Hanya Allah yang memberi taufik.
Semoga Bermanfaat
Ummu Aisyah
لَا تَعْتَذِرُوا۟ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَٰنِكُمْ ۚ إِن نَّعْفُ عَن طَآئِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَآئِفَةًۢ بِأَنَّهُمْ كَانُوا۟ مُجْرِمِينَ
"Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa."
Candaan tentang agama di zaman kita dianggap sudah biasa dan sangat banyak.
Sebagai contoh: Candaan tentang jenggot. Mereka mengatakan orang yang berjenggot itu semakin panjang jenggotnya, maka semakin goblok. Dan yg mengatakan ini bukan orang biasa, tapi yang mengaku sebagai seorang ustadz..
Ada juga yang mengatakan syariat islam tidak relevan lagi di zaman modern ini. Seakan akan Allah tidak mampu membuat syariat semua zaman, padahal Allah Maha mampu segala galanya..Allah Maha berkuasa dan mengurusi semuanya dari zaman sederhana (dahulu) hingga zaman modern sekarang ini.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah/5: 3]
Maka sangatlah bodoh, orang yang mengatakan islam tidak relevan lagi pada zaman sekarang..
Berbicara agama tanpa ilmu mengenai Tauhid. Ada yang mengatakan pembagian tauhid ada 3 dan disamakan dengan trinitas. Dan yang mengatakan ini adalah ustadz yang belajar di saudi..Subhannallahu...
Berbicara agama tanpa ilmu..
Contoh setiap akhir tahun, banyak kaum muslimin mengucapkan selamat kelahiran nabi isa (selamat natal)..
Dalil mereka Surat Maryam Ayat 33,
Allah Berfirman:
وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".
Sebenarnya ayat Ini adalah doa, bukan dalil untuk mengucapkan selamat natal setiap tahun..
Berbicara agama tanpa ilmu..
Di zaman sekarang ini banyak sekali yang menghalalkan alat musik. Mereka mengkiaskan alat musik dengan pisau. Ini semua termakan oleh syubhat..
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh (benar benar) akan datang / ada sekelompok umatku yang menghalalkan zina, sutera baagi laki laki, minun khamr, dan juga alat-alat musik.” (HR.Bukhori)
Ibnu Haźm yang hidup di Andalusia pada abad ke 5 hijiryah: dia lah yang menghalalkan musik..Beliau adalah orang yang mulia, tapi terkait musik beliau salah..
Ibnu Hazm Al-Andalusi Al-Qurthubi rahimahullah menganggap bahwa hadits di atas terputus sanadnya (baca: hadits munqathi’) antara Imam Bukhari dan Shadaqah bin Khalid.
Akan tetapi, pendapat Ibnu Hazm rahimahullah dalam hal ini adalah pendapat yang keliru, sebagaimana yang telah dibantah panjang lebar oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dari enam sisi bantahan. Juga telah dibantah oleh para ulama hadits lainnya.
Sebagian orang berpegang pada pendapat Ibnu Hazm rahimahullah dalam rangka menghalalkan musik. Fitrah manusia sangat menyukai musik. Seperti Orang-orang sufi sangat menikmati musik, mereka merasa hatinya tenang..
Padahal telah valid tanpa keraguan tentang keshahihan hadits di atas. Dan umat ini pun terancam hukuman (adzab) ketika alat-alat musik ini telah membudaya di tengah-tengah masyarakat.
Betapa bahayanya Berbicara agama tanpa ilmu, berikut beberapa diantaranya:
1. Bahwa agama islam itu adalah syariat Allah
Itu berarti kita berbicara atas nama Allah. Hukum syariat itu adalah firman Allah.
Definisi hukum syariat adakah firman Allah yang berkait dengan perbuatan para mukallaf, baik itu berupa tuntutan, pemberian atau dalam bentuk tanda-tanda.
Kalau kita tidak memiliki dalil yang kuat, lebih baik kita diam, jangan memberikan komentar atau pendapat. Diam saat itu adalah emas, diam adalah kebaikan.
Cobaan di zaman kita ini sangatlah berat. Banyak orang pandai berkomentar dan berargumen, bahkan suka berdebat.
Ingat! Tulisan itu seperti ucapan, maka jangan remehkan..
Ada banyak dalil yang menunjukan bahaya bicara agama tanpa ilmu..
Dengan wafatnya ulama, berarti Allah telah mulai mengangkat ilmu dari manusia. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
"Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“
Jadi berkata-kata tanpa ilmu adalah perbuatan sesat dan menyesatkan banyak orang. Karenanya kita harus berhati hati..
Orang sekarang ini banyak yang aneh, kalau diajak bicara tentang kesehatan mereka takut. Kalau berbicara tentang agama merasa paling tahu. Bahkan ada ulama di depannya saja, dia berani mendebat ulama tersebut..
Ingat! Konsekuensi salah bicara masalah agama akan dipertanggung jawaban hingga akherat kelak..
Kerusakan di ruh (hati) itu sangat buruk dibanding kerusakan jasad (badan yang sakit)..
Orang yang paling sesat adalah orang yang berbicara degan hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah..
Allah Berfirman dalam Surat Al-Qashash Ayat 50:
فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكَ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
Setan itu memerintahkan kepada kalian untuk melakukan perbuatan buruk dan keji serta agar kalian mengatakan sesuatu tentang Allah tanpa dasar ilmu. Setan sangat senang dengan orang seperti ini. Orang yang berbicara tanpa ilmu..
Sebagaimana Allah Berfirman dalam
Surat Al-Baqarah Ayat 169:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui."
Orang yang berbicara tanpa ilmu, berarti mengajak orang lain kepada kesesatan. Kalau orang lain mengikutinya, dia akan mendapatkan dosa jariyah/ dosa yang berantai..Nauzubillah Minzalik..
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun."
Betapa banyak orang seperti ini, berbicara tanpa ilmu.
2. Berbicara agama tanpa ilmu. Ini adalah dosa.
Ada orang yang berbicara tanpa ilmu, agar mendapat harta/ uang. Dia pun mengeluarkan fatwa pesanan dan dia mendapatkan bayaran yang tidak seberapa (uang). Namun di akherat kelak dia akan mendapatkan Azab yang sangat pedih..
Surat An-Nahl Ayat 116:
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ ٱلْكَذِبَ هَٰذَا حَلَٰلٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung."
Surat An-Nahl Ayat 117:
مَتَٰعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
"(Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih.
Ibnul Qayyim mengatakan, Allah subhanahu wa ta’ala telah mengharamkan berbicara tentang-Nya tanpa dasar ilmu baik dalam fatwa dan memberi keputusan.
Allah menjadikan perbuatan ini sebagai keharaman paling besar bahkan Dia menjadikannya sebagai tingkatan dosa paling tinggi.
Perkara-perkara yang diharamkan ada 4 tingkatan:
Dan Allah telah memulai dengan menyebutkan tingkatan paling ringan. Pertama dosa-dosa kecil, tingkatan kedua dosa dari kezaliman, selanjutnya dosa kesyirikan kepada Allah, dan yang paling besar adalah berkata atas nama Allah tanpa ilmu..
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui“.” (QS. Al A’rof: 33)”
Ibnul Qayyim -rahimahullah- ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Allah mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan yaitu al fawaahisy (perbuatan keji). Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar.
Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi yaitu berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu.
Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari’at-Nya.
Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena berbicara tentang Allah dan agama-Nya tanpa dasar ilmu akan membawa pada dosa-dosa yang lainnya.
Ibnu qayim: adapun berbicara ttg Allah tanpa dasar ilmu..ini adalah keharaman yang paling parah, paling tinggi dan paling besar dosanya. Oleh karenanya dosa ini adalah tingkatan keempat dari dosa..
Ini menunjukan hal yang sangat berbahaya sekali. Maka kita harus lebih berhati hati.
Ibnu qayim: Tidak ada jenis perbuatan yang diharamkan yang lebih besar dosanya, dibanding berbicara tanpa ilmu. Karena itu adalah sumber kesyrikan dan kekufuran..
Dari situlah dibangun bid'ah bid'ah dan kesesatan kesesatan, sumbernya berbicara agama tanpa ilmu..
Ibnu qayim: semua kebid'ahan yang menyesatkan agama ini, dasarnya adalah perkataan agama tanpa ilmu..
Ternyata yang dianggap orang sepele, berbicara agama tanpa ilmu itu sangat berbahaya sekali..
Dari al-Bara' (bin 'Azib): aku telah melihat 300 orang yang mengikuti Perang Badar, tidak seorang pun dari mereka, kecuali dia ingin dan senang apabila temannya berfatwa,"
As sa'di: sesungguhnya kalian itu benar benar bisa berfatwa pada satu masalah. Apabila ditanyakan kepada sahabat umar, maka umar akan mengumpulkan sahabat sahabat perang badar.
Berbicara tentang agama itu juga harus memperhatikan cara kita berbicara..
Surat Al-Muzzammil Ayat 5:
إِنَّا سَنُلْقِى عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."
Ayat ini menunjukan bahwa syariat itu berat. Maka jangan sampai cara penyampaikan kita membuat syariat itu semakin berat.
Misal: yang kita lontarkan dengan kata kata kasar dan keras, sehingga membuat orang yang mendengarkan semakin menjauh dan menolak syariat islam. Karenanya haluskan cara berdakwah kita, agar orang mau menerima syariat islam.
Karena rahmatnya dari Allah, nabi Muhammad berlaku lemah lembut.
QS. Al Imran ayat 159:
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu."
Allah juga Berfirman dalam Surat Al-Anbiya Ayat 107:
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Imam abu hanifah: kalau bukan karena saking takutnya aku kepada Allah, akan hilangnya ilmu..maka aku tidak akan berfatwa...
Karena berfatwa itu resikonya tinggi dan jika salah, aku akan mendapatkan dosanya..
Imam malik: pernah ditanya 50 pertanyaan, dia tidak menjawab satu pun.
Barangsiapa yang ingin menjawab ttg agama, maka hendaknya dia membayangkan dirinya di depan surga dan neraka. Dan hendaknya dia berpikir selamat dari neraka, kemudian dia boleh menjawabnya..
Imam syafei: dia pernah ditanya ttg sesuatu, beliau tidak mau menjawab. Karena aku belum tahu apakah yang lebih baik, apakah aku harus diam atau menjawabnya.
Ini adalah bentuk kehatian-hatian dari para ulama dalam menjawab segala sesuatu. Mereka tidak malu sama sekali untuk mengatakan saya tidak tahu..
As sa'di : dia ditanya tentang sesuatu, dia menjawab aku tidak tahu. Orang yabg bertanya berkata: Apakah kamu tdk malu wahai sa'di, sedangkan kamu adalah ahli fiqih pendudukan iraq?
Sa'di menjawab: akan tetapi malaikat tidak malu, kami tidak punya ilmu sekali, kecuali yang Allah ajarkan kpd kami..
Aku benar melihat imam malik, ditanya ttg 48 pertanyaan.dan dia mengatakan aku tidak mengetahui 32 pertanyaan..yang hanya dijawab hanya 16 saja.
Imam malik: pernah ditanya tentanf sesuatu dan dia menjawab aku tidak tahu..
Wahai imam malik ini masalah biasa dan ringan..
Imam malik pun marah dan berkata: Tidak ada sesuatu yang ringan dalam masalah ilmu agama..
Imam ahmad: aku sering mendengar imam ahmad bin hambal mengatakan aku tidak tahu, padahal ini masalah yang sudah mahsyur..
Imam abu daud: aku tidak bisa menghitung lagi dari perkataan dari imam ahmad mengatakan aku tidak tahu..
Ini menunjukkan kehatian-hatian dari para ulama..
Karenanya kita harus berhati2 dalam masalah agama..
Abdullah bin Mas’ud berkata,
يا أيها الناس من علم شيئا فليقل به ومن لم يعلم فليقل الله أعلم فإن من العلم أن يقول لما لا يعلم الله أعلم
"Wahai manusia barangsiapa yang berilmu tentang sesuatu maka hendaklah ia berkata dengan ilmunya tersebut dan barangsiapa yang tidak berilmu (tidak mengetahui) maka hendaklah ia berkata “Allahu A’lam” (Allahlah yang labih mengetahui) karena sesungguhnya merupakan ilmu seseorang berkata “Allahu A’lam” tentang perkara yang ia tidak mengetahui ilmunya"
Beliau juga berkata,
إن الذي يفتي الناس في كل ما يستفتونه فيه مجنون
((Sesungguhnya orang yang berfatwa kepada manusia pada setiap perkara yang mereka tanyakan maka ia adalah orang gila))
Orang yang paling berani berfatwa adalah orang paling sedikit ilmunya dan paling dangkal ilmunya..
Imam ahmad: jangan sampai berbicara ttg masalah apapun, tidak ada orang yang berbicara ttg itu. Ini sangat berbahaya..karena potensi kesalahan yang ditimbulkan akan sangat besar..
Semoga hal ini sebagai nasehat bagi kita semua. Begitu banyak kita lihat saudara-saudara kita memberi komentar dalam masalah agama, padahal tidak ada satu pun dasar dari Al Qur’an dan Hadits yang ia bawa, bahkan mereka jarang mempelajari agama tetapi sangat nekad dan berani untuk memberi komentar.
Semestinya setiap muslim selalu menjaga lisan dan perkataan. Seharusnya setiap muslim yang tidak memiliki ilmu agama diam dan tidak banyak bicara daripada banyak komentar sana-sini tanpa dasar ilmu sama sekali. Hanya kepada Allah kami meminta perlindungan dari dosa semacam ini.
Semoga Allah membimbing kita dalam setiap perkataan dan perbuatan kita di sisa hidup ini. Allah selamatkan kita dari perbuatan dosa, bid'ah, kesyirikan dan berbicara agama tanpa ilmu..Aamiin..
Hanya Allah yang memberi taufik.
Semoga Bermanfaat
Ummu Aisyah
Comments
Post a Comment