Pijakan yang kuat bagian 2
Daurah "𝐏𝐢𝐣𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐮𝐚𝐭" akan menjadi kesempatan berharga untuk memperkuat langkah kita di atas kebaikan.
🗓 Ahad, 20 Juli 2025 | 24 Muharam 1447H
SESI 2
🎙 Bersama:
Ustadz Mufy Hanif Thalib, Lc.
🕌 Masjid Babussalam, Cimanggis, Depok
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Setelah kita mengetahui bahwasanya pijakan yang kuat itu bersumber dari al qur'an dan hadits..
*Kaidah pertama*
Berserah diri kepada Allah secara lahir dan batin, maka jangan sampai menyelisihi apa yang datang dari al qur'an dan hadist nabi. Tunduk dan patuh terhadap apa yang datang dari Allah dan Rassul.
Kita tidak boleh menentang al qur'an dan hadist dengan logika, analogi, perasaan batin atau penyingkap-penyingkap, dan pernyataan orang/ syeikh.
Pembeda antara orang kafir dan muslim itu adalah shalat.
Nabi bersabda:
وَعَنْ بُرَيْدَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( العَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ )) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ )) .
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perjanjian yang mengikat antara kita dan mereka adalah shalat, maka siapa saja yang meninggalkan shalat, sungguh ia telah kafir.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadirs ini hasan shahih.) [HR. Tirmidzi, no. 2621 dan An-Nasa’i, no. 464. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.]
Jangan sampai menjadi orang munafik.
Jika salah tidak boleh ragu-ragu dan tidak boleh sombong terhadap apa yang disampaikan oleh al qur'an dan sunnah nabi (terutama perkara yang wajib).
Orang yang menunaikan hal-hal yang wajib dengan sempurna berarti ia mencintai Allâh Azza wa Jalla. Sedangkan orang yang masih menambahnya dengan amalan-amalan sunnah, ia dicintai Allâh Azza wa Jalla. Seperti dalam hadits qudsi:
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيهِ ، وَمَا يَزالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أحْبَبْتُهُ ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإنْ سَألَنِي أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِن اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
"Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku; yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya.”
Allah berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 65:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."
Yang dilarang harus ditinggalkan dan yang diperintahkan harus dikerjakan. Dia tidak menentang apapun dari dalil yang sudah disampaikan oleh Allah dan Rassul..
Hadist qudsi: Tuhan kita turun ke langit dunia di sepertiga malam terakhir..
Bagi kelompok menyimpang memakai logikanya ga mungkin Tuhan turun, yang turun itu hanya rahmatNya..Ini pemikiran yang salah..
Qs. Surat Al-Ahzab Ayat 36:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًا
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."
Qs. Surat An-Nur Ayat 51:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
"Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”
(HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm)
Nabi bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى ؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan, para Sahabat bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Siapakah yang enggan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Barangsiapa yang mentaatiku niscaya ia akan masuk surga, dan siapa yang bermaksiat kepadaku maka dia enggan (untuk masuk surga).”
Imam Syafi’i juga berkata,
إِذَا وَجَدْتُمْ فِي كِتَابِي خِلاَفَ سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ فَقُولُوا بِسُنَّةِ رَسُولِ اللهِ وَدَعُوا مَا قُلْتُ -وفي رواية- فَاتَّبِعُوهَا وَلاَ تَلْتَفِتُوا إِلىَ قَوْلِ أَحَدٍ
“Jika kalian mendapati dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sampaikanlah sunnah tadi dan tinggalkanlah pendapatku –dan dalam riwayat lain Imam Syafi’i mengatakan– maka ikutilah sunnah tadi dan jangan pedulikan ucapan orang.”
Imam Malik bin Anas rahimahullah
Beliau mengatakan:
إنما أنا بشر أخطئ وأصيب فانظروا في رأيي فكل ما وافق الكتاب والسنة فخذوه وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة فاتركوه
“Aku hanyalah seorang manusia, terkadang benar dan salah. Maka, telitilah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan al-Quran dan sunnah nabi, maka ambillah. Dan jika tidak sesuai dengan keduanya, maka tinggalkanlah.”
Ibnu Qayim: Akal yang sehat tidak akan menyelisihi dalil yang benar (jelas)...
Yang menyelisihi itu adalah akal yang bermasalah dan rusak..Allah dan Rassul ada di depan..
Ikutilah jalan petunjuk Allah dan Rassul, dan jangan kamu pedulikan saat kamu temui hanya sedikit dan hati2 jalan sesat dan jangan tertipu dengan yang temui meski banyak jumlahnya..
*Kaidah yang kedua:*
Kesempurnaan itu/ yang maksum itu hanyalah milik Rasulullah, dan umat islam secara keseluruhan itu terjaga dari dimaksumkan kesepakatan diatas kesesatan..
Adapun individunya, tidak ada yang maksum, terjaga dari kesalahan-kesalahan.
Maka perkara-perkaranya yg diperselihkan oleh para ulama dikembalikan kepada alquran dan sunnah dan kasih uzur terhadap kesalahan dari ijma yang diputuskan.
Rasulullahu tidak pernah berbicara dengan hawa nafsunya. Allah berfirman:
Surat An-Najm Ayat 3:
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya."
Surat An-Najm Ayat 4:
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌ يُوحَىٰ
"Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)."
Surat Al-Ma’idah Ayat 67:
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
Umat ini tidak pernah sepakat dalam kesesatan..
Dalam hadits disebutkan,
إِنَّ أُمَّتِى لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلاَلَةٍ
“Sesungguhnya umatku tidak akan mungkin bersepakat dalam kesesatan.” (HR. Ibnu Majah no. 3950. Sanad hadits ini dha’if jiddan)
*Kaidah ketiga*
Individu-individu tidak ada yang maksum sama sekali, kecuali nabi Muhammad.
Semua perkataannya boleh diterima dan ditolak, kecuali Rasulullah (harus diterima semua perkataan nabi).
Imam malik bin annas berkata:
ليس أحد بعد النبي صلى الله عليه وسلم إلا ويؤخذ من قوله ويترك إلا النبي صلى الله عليه وسلم
“Setiap orang sesudah nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat diambil dan ditinggalkan perkataannya, kecuali perkataan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
■ Adapun perselisihan para ulama, maka kembalikan pada alquran dan sunnah..
Surat An-Nisa Ayat 59:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
■ Memberi uzur kepada para imam yang itjihadnya salah.
Jika seorang hakim memutuskan perkara, Kalau dia benar dia mendapatkan 2 pahala, jika salah mendapat 1 pahala dan kesalahannya diampuni oleh Allah.
Inilah metode yang benar dalam beragama yang sepatutnya kita titi. Taat kepada Allah dan rasulNya merupakan sumber keselamatan, bukan perkataan si A dan si B meskipun beliau-beliau adalah mujtahid. Namun mendahulukan perkataan beliau-beliau dengan meninggalkan perkataan Allah dan rasulNya adalah sebuah musibah besar.
Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas,
يوشك أن تنزل عليكم حجارة من السماء! أقول لكم قال الله وقال رسوله، وتقولون قال أبو بكر وعمر!
“Hampir saja akan terjadi hujan batu dari langit. Kusampaikan kepada kalian perkataan Allah dan rasulNya namun kalian bantah dengan mengajukan perkataan Abu Bakar dan Umar”.
Padahal tidak ada manusia semulia Abu Bakar dan Umar. Jadi Jangan tabrakan perkataan nabi dengan perkataan para sahabat.
Imam syafei:
Jika kalian temui di buku ini, menyelisihi sunnah nabi atau yg berselisih dengan sunnah nabi. maka katakanlah sunnah nabi dan buang perkataanku..
Yang tidak pernah salah menyampaikan agama ini adalah rasul. Adapun yang lain tidak ada yang maksum..
*Kaidah ketiga*
Semua dasar syariat ini, pokok-pokok agama semuanya sudah disampaikan oleh nabi. Dan tidak boleh kepada siapapun untuk mengada-adakan sesuatu yang baru dan mengatakan itu bagian dari agama..
Dasar pokok dalam akidah/ pilar-pilar utama/ prinsip-prinsip umum dalam islam telah sempurna dari lisannya nabi..
Nabi Tidak meninggalkan satu perkara pun di dunia ini, kecuali sudah dijelaskan, baik melalui alquran dan hadist nabi..
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggalkan kita di atas tuntunan yang jelas, tuntunan yang terang berderang, di atas petunjuk yang sempurna.
Hal ini telah di tegaskan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya:
اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam itu Jadi agama bagimu.” (QS. al-Maidah: 3)
Imam malik: Maka perkara yang pada hari ayat ini diturunkan bukan agama maka sekarang juga bukan merupakan agama.”
Contoh: keseharian Rasulullah dari bangun tidur sampai mau tidur lagi..Semuanya sudah dijelaskan dan dicontohkan Rasullahu dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak boleh mengada-adakan perkara yang baru atau hukum syari yg baru atau tata cara ibadah yang baru. Meskipun terlihat baik, amalan itu tertolak..
Semua bid'ah yg diada-adakan dan semuanya melelahkan saja, dan semuanya ditolak..
Contoh: berdoa diatas kuburan..
*Manfaatnya adalah:*
- Agar Akidah islam kita tetap murni
- Agar terus iktibah kepada Rassul (mengikuti nabi)
Maka barangsiapa yang mengad-ada dalam agama ini, berarti dia mengingkari aturan Allah dan nabi..
Al hasry ayat 7:
"...Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya."
Surat Asy-Syura Ayat 31:
وَمَآ أَنتُم بِمُعْجِزِينَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
"Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah."
HATI-HATI TERHADAP BIDAH
عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللّهِ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ رضي الله عنها: مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
Dari Ummul Mu’minin Ummu Abdillah Aisyah Radiyallahu ‘anha, ia mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal darinya, maka amalan tersebut tertolak’.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
Karenanya berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru dalam agama ini, tata cara yang tidak pernah diajari nabi. Sesuatu yang baru itu adalah bid'ah, maka bid'ah adalah tertolak...
Rasululllah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
و شرّ الأمور محدثاتها، و كلَّ محدثة بدعة
“Dan seburuk-buruk perkara adalah sesuatu yang diada-adakan adalah bid’ah.” (HR. Muslim no. 867).
Dan sabda nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam,
قإنّ كلَّ محدثة بدعة و كلّ بدعة ضلالة
“Karena setiap perkara yang baru (yang diada-adakan) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud).
Imam bin hambal: semua bidah itu sesat..
Imam Hasan Al-Bashri mengatakan, "Barangsiapa yang membuat satu bid'ah, maka dia telah keluar dari barisan para sahabat Rasulullah."
Imam syatibi: Bid'ah itu seakan-akan agama itu tidak cukup..
Imam Syathibi rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya pembagian bid’ah (yang tetap menetapkan kesesatan seluruh bid’ah) yang dapat memperjelas kerancuan yang ada di masyarakat.
Yang pertama adalah bid’ah hakiki yang perkaranya lebih jelas (kecuali bagi orang-orang yang taklid dan tidak mau belajar) karena bid’ah hakiki tidak memiliki sandaran dalil syar’i sama sekali. Semisal menentukan kecocokan seeorang untuk menjadi suami atau istri dengan tanggal lahir atau melakukan ritual-ritual khusus dalam acara pernikahan yang tidak ada landasannya dalam syari’at sama sekali.
Adapun jika berkaitan dengan bid’ah idhofi maka sebagian orang mulai rancu dan bertanya-tanya. Misalnya, bid’ah dzikir berjama’ah, atau tahlilan. Banyak orang terburu-buru dengan mengatakan, “Masa dzikir dilarang sih?” atau “Kok membaca Al Qur’an dilarang?” Maka kita perlu (sekali lagi) memahami lebih dalam tentang bid’ah ini
*Kaidah keempat*
Berdebat kusir adalah sesuatu yang tercela, adapun debat ilmiah yang baik itu disyariatkan. Dan terhadap hal-hal yang salah, yg sah larangan untuk tidak dibahas dan ditaati. Wajib hukumnya diam untuk tidak ikut campur. Seorang muslim jangan merasa sok tahu dan memasrahkan diri hanya kepada Allah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.”
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.
Ummu Aisyah
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Comments
Post a Comment