Wanita yang Menghidupkan Malam Bag 2
DAUROH MUSLIMAH
Wanita yang Menghidupkan Malam
Dr. Emha Hasan Ayatulloh, M.A
حفظه الله تعالى
Sesi 2: 13.00-15.00 WIB
Sabtu 19 Juli 2025 Masjid Nurul Iman Cilangkap
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling jalan-jalan mencari ahli dzikir. Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah, mereka berseru, ‘Marilah kalian menuju kebutuhan kalian.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Lalu para malaikat itu mengelilingi mereka dengan sayap-sayapnya sampai langit dunia.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Kemudian Rabb mereka bertanya kepada mereka,–dan Dia lebih tahu dari mereka–, ‘Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?’ Mereka berkata, ‘Mereka bertasbih memahasucikan-Mu, bertakbir mengagungkan-Mu, bertahmid memuji-Mu, dan memuliakan-Mu.’ Lalu Allah berkata, ‘Apakah mereka melihat-Ku?’
Mereka menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat bersungguh-sungguh memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu.’”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Allah berkata, ‘Lalu apa yang mereka minta kepada-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Mereka meminta surga kepada-Mu.’ Allah berkata, ‘Apakah mereka melihat surga?’ Mereka menjawab, “Tidak, demi Allah, wahai Rabb, mereka tidak melihatnya.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, sangat bersungguh-sungguh untuk memintanya, dan sangat menginginkannya.’”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah berkata, ‘Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?’ Mereka menjawab, ‘Dari api neraka.’ Allah berkata, ‘Apakah mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatnya.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya dan sangat takut kepadanya.’”
Beliau melanjutkan, “Allah berkata, ‘Maka Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka.’ Salah satu malaikat pun berkata, ‘Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan.’ Allah menjawab, ‘Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada sengsara orang yang duduk bermajelis bersama dengan mereka.’”
(Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari, no. 6408 dan Muslim, no. 2689)
Ibnu abbas pernah bercerita, “Apabila seseorang menyampaikan sebuah hadis kepadaku yang diperolehnya dari seorang sahabat Rasulullah, maka kudatangi sahabat tersebut ke rumahnya waktu dia tidur siang.
Lalu, aku bentangkan serbanku dekat tangga rumahnya dan aku duduk di situ menunggu dia bangun. Sementara itu, angin bertiup memenuhi tubuhku dengan debu tanah. Seandainya aku minta izin masuk kepadanya, tentu dia akan mengizinkanku. Tetapi, memang aku sengaja melakukan demikian supaya tidak menganggunya tidur.
Ketika dia keluar dan melihatku dalam keadaan demikian, dia berkata, “Wahai anak paman Rasulullah. Mengapa Anda sendiri yang datang ke sini? Mengapa tidak Anda suruh saja seseorang memanggilku. Tentu aku datang memenuhi panggilan Anda!” Jawabku, “Akulah yang harus mendatangi Anda, ilmu harus didatangi, bukan ilmu yang harus mendatangi. Sesudah itu kutanyakan kepadanya hadis yang kumaksud.”
Setelah bertahun tahun lamanya, sang guru masih hidup..Ibnu abbas anak muda ini pun menjadi seorang guru dan mengajarkan ilmu yang diperolehnya selama ini..Guru dari Ibnnu Abbas pun berkata kamu anak muda yang lebih cerdas daripada aku..Masya Allah..
■ Artinya Belajar dan menuntut ilmu itu butuh perjuangan dan kesabaran.
■ Seorang penuntut ilmu harus memiliki Adab adab dalam menuntut ilmu dan menghormati gurunya, agar akhirnya baik yaitu memperoleh ilmu yang barokah..
Ibnu rajab murid ibnu qayim: Keistimewaan ilmu salaf, perkataannya sedikit tapi ilmunya dalam..
Semangat belajar...
Asma bertanya tentang Tata cara mandi dari haid..
dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bahwa Asma’ binti Syakal Radhiyallahu ‘Anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang mandi haidh, maka beliau bersabda:
تَأْخُذُإِحْدَا كُنَّ مَائَهَا وَسِدْرَهَا فَتََطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ أوْ تَبْلِغُ فِي الطُّهُورِ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُُهُ دَلْكًا شَدِ يْدًا حَتََّى تَبْلِغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا المَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطْهُرُ بِهَا قَالَتْ أسْمَاءُ كَيْفَ أتََطَهَّرُبِهَا قَالَ سُبْحَانَ الله ِتَطَهُّرِي بِهَا قَالَتْْ عَائِشَةُ كَأنَّهَا تُخْفِي ذَلِكَ تَتَبَّعِي بِهَا أثَرَالدَّمِ
“Salah seorang di antara kalian (wanita) mengambil air dan sidrahnya (daun pohon bidara, atau boleh juga digunakan pengganti sidr seperti: sabun dan semacamnya-pent) kemudian dia bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit kepalanya, kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia bersuci dengannya.
Maka Asma’ berkata: “Bagaimana aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah” maka ‘Aisyah berkata kepada Asma’: “Engkau mengikuti (mengusap) bekas darah (dengan kain/kapas itu).”
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang seorang wanita yang bermimpi sebagaimana mimpinya seorang laki-laki, “Hendaklah, ia mandi.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Muslim, no. 311.
• Seseorang sudah sepatutnya bertanya pada hal yang ia butuhkan termasuk pula dalam perkara yang ia merasa malu untuk diungkapkan.
• Rasa malu seseorang jangan sampai menghalangi untuk mengetahui kebenaran dan jangan sampai mencegah dari bertanya.
• Penempatan malu yang tidak tepat adalah ketika: (a) menghalangi dari bertanya pada sesuatu yang mesti ditanya, (b) meninggalkan mengajak pada yang makruf dan melarang dari yang mungkar, (c) luput dari berbagai hak.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِى الدِّينِ.
“Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka mempelajari agama.” (HR. Muslim, no. 332 dan diriwayatkan pula oleh Bukhari secara mu’allaq yaitu tanpa sanad).
• Hadits ini jadi dalil kebenaran itu dari Allah.
• Wanita juga diperintahkan mandi junub ketika mimpi basah, tetapi dipastikan harus keluar mani.
🌹🍃🌹🍃🌹
Pernyataan Imam Malik yang dimaksud adalah orang yang telah belajar Al-Quran hendaknya menunjukkan dampak positif dalam perilakunya. Ini berarti bahwa mempelajari Al-Quran bukan sekadar membaca dan menghafal, tetapi juga harus tercermin dalam akhlak dan tindakan sehari-hari. Jadi, dampak dari belajar Al-Quran haruslah terlihat dalam kehidupan seorang Muslim.
🌹🍃🌹🍃🌹
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Hamilul Qur`an itu mestinya dikenal dengan malamnya saat manusia lain sedang tidur. Dikenal siangnya dengan berpuasa, saat manusia tidak puasa. Dikenal dengan kesedihannya ketika manusia senang, dengan tangisnya ketika manusia tertawa, dengan diamnya ketika manusia berbicara, dan dengan khusyu’nya ketika manusia dalam keadaan sombong.”
Demikian ini merupakan sifat mulia yang harus dimiliki oleh hâmilul Qur`an.
Artinya ketika orang sudah berilmu hendaknya tidak membanggakan diri, tidak tertipu dan tidak sombong kepada orang lain dengan kemuliaan yang Allâh limpahkan kepadanya.
Shalat yg paling afdhal setelah shalat wajib adalah qiyamul lail..
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45
Diantara keistimewaan shalat malam:
1. Shalat di malam hari lebih ikhlas
Abu ya'la: shalat seseorang ketika tidak dilihat orang jauh lebih ikhlas..Artinya shalat akan lebih ikhlas jika shalat sendiri..
Shalat wanita lebih afdhal didalam rumahnya (ditempat khusus didalam rumahnya)
Ummu Humaid –radhiyall?hu ‘anh?– menuturkan bahwasanya ia pernah datang kepada Nabi Shalallaahu’alaihi wa Sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku senang shalat (berjamaah) bersamamu.” Rasulullah berkata,
“Aku tahu kamu senang shalat bersamaku, akan tetapi shalatmu di tempat tidurmu lebih baik daripada shalatmu di kamarmu, shalatmu di kamarmu lebih baik daripada shalatmu di rumahmu dan shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu, dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik dari shalatmu di mesjidku.”
Perawi mengatakan, “Setelah itu ia meminta untuk dibangunkan tempat shalat pada bagian dalam rumahnya dan paling gelap. Ia senantiasa melaksanakan shalat di situ hingga wafat.”
2. Shalat mahal itu mahal..
Wanita ketika memiliki rasa malu, maka dia akan semakin mahal..
Sifat malu ada 2:
1. Perangai bawaan atau karakter
Contoh: Malu terbuka aurat didepan lawan jenis, malu berbicara dengan orang lain..
2. Imani (sifat malu ditambah dalil dan belajar)
Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ الْعَذْرَاءِ فِـيْ خِدْرِهَا.
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu daripada gadis yang dipingit di kamarnya.”
Rasa malu akan menjaga kehormatan dan kemuliaan masyarakat..
Kisah nabi Musa: ketika mengambilkan air minuman ke pengembala..Salah seorang perempuan datang datang dgn malu2..dia datang sampai menutup muka mereka..
Perjalanan panjang dan sangat menyulitkan. Dalam keadaan tanpa persiapan bekal, hanya bersandar kepada Allah Yang Maha melindungi.
Beliau pun beristirahat di dekat sebuah sumber air yang tengah ramai didatangi para penggembala ternak yang sedang memberi minum gembalaan mereka.
Firman Allah:
Dan tatkala ia sampai, yakni tiba di sumber air negeri Madyan. Ia menjumpai di sana sekumpulan orang, yang sedang memberi minum ternak-ternak mereka.
Dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya), yang menahan kambing-kambing mereka dari kerumunan orang banyak.
Siang itu sangat panas.
Setelah selesai memberi minum ternak kedua wanita itu, Nabi Musa segera berteduh di bawah sebatang pohon dan berdoa:
“Wahai Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu`aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya). Syu`aib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu”. (Qs. Al-Qashash [28]: 25)
Atas suruhan bapaknya, salah seorang dari puteri itu dengan agak malu-malu datang menyampaikan undangan bapaknya untuk datang ke rumah mereka sekadar membalas budi baik Musa yang telah menolong mereka mengambil air minum dan memberi minum binatang ternak mereka.
Musa dapat memahami bahwa kedua wanita itu adalah dari keluarga orang baik-baik, karena melihat sikapnya yang malu-malu waktu dia datang kepadanya dan mendengar bahwa yang mengundang datang ke rumahnya itu bukan dia sendiri, karena kalau gadis itu sendiri yang langsung mengundang, mungkin timbul pengertian yang tidak baik terhadapnya.
● Kesuksesan seorang wanita adalah didalam rumahnya..
● Tujuannya u mencari kebutuhannya dibolehkan..Dengan syarat, Tidak ada campur baur antara laki2 dan perempuan..
Dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khālid al-Juhanī -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa keduanya berkata, "Ada seorang Arab badui datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Rasulullah, aku bersumpah atas nama Allah kepadamu, bahwa engkau tidak memutuskan perkara di antara kami melainkan dengan Kitabullah." Lalu pihak lain -yang lebih paham dari orang itu- berkata, "Ya, dia benar. Putuskan perkara di antara kami dengan Kitabullah dan perkenankanlah aku (menyampaikannya). "
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Katakanlah!" Ia pun berkata, "Sesunguhnya anakku adalah buruh yang bekerja pada orang ini lalu dia berzina dengan istrinya maka aku diberitahu bahwa anakku harus dirajam. Kemudian aku tebus anakku dengan seratus ekor kambing dan seorang budak wanita.
Kemudian aku bertanya kepada ahli ilmu lalu mereka memberitahuku bahwa atas anakku cukup dihukum cambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun.
Sedangkan untuk istri orang ini adalah hukum rajam."
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bersabda, "Demi Żat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku akan putuskan buat kalian berdua dengan menggunakan Kitabullah. Adapun budak wanita dan kambing harus dikembalikan padamu, dan untuk anakmu dikenakan hukum cambuk sebanyak seratus kali dan diasingkan selama setahun.
Adapun kamu, wahai Unais -seorang lelaki dari Aslam- besok pagi datangilah istri orang ini. Jika dia mengaku maka rajamlah ia!" Kemudian Unais mendatangi wanita itu dan dia mengakuinya, maka Rasulullah ṣallallāhu 'alaihi wa sallam memerintahkan agar wanita itu dirajam.
شرح الحديث
Hadis ini mengisahkan bahwa ada seorang lelaki yang menjadi buruh pada orang lain lalu melakukan zina dengan istri orang itu. Lalu ayah laki-laki yang berzina tersebut mendengar bahwa setiap yang berzina harus dirajam, maka ia pun menebusnya dari suami wanita tersebut dengan menyerahkan padanya seratus kambing dan seorang budak perempuan.
Setelah itu dia bertanya kepada para ahli ilmu, mereka memberitahunya bahwa anaknya tidak perlu dirajam, justru yang harus dirajam adalah wanita tersebut, sedangkan anaknya hanya dicambuk seratus kali dan diasingkan selama satu tahun.
Atas dasar itu, suami wanita pezina dan ayah dari lelaki pezina tersebut datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar menetapkan hukum di antara mereka dengan Kitabullah.
Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengembalikan seratus kambing dan seorang budak perempuan kepada ayah lelaki pezina tersebut dan memberitahunya bahwa anaknya hanya dicambuk seratus kali dan diasingkan satu tahun karena dia masih lajang belum kawin, dan beliau memerintahkan untuk memastikan (kebenaran zina) dari wanita pezina itu. Ternyata wanita itu mengakui perbuatan buruknya itu, lalu dia pun dirajam karena statusnya muḥṣanah, yaitu wanita yang sudah menikah.
Sesungguhnya amalan itu dihitung dari akhir hidupnya..
Nabi bersabda:
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di masjid, lantas dikunjungi oleh Shafiyyah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Shafiyyah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam hari lalu berbincang-bincang dengan beliau.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengantarkan Shafiyyah pulang ke rumah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada Shafiyyah ketika itu, “Jangan engkau terburu-buru, nanti aku akan menemanimu pulang.” Ketika itu rumah Shafiyyah di rumah Usamah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengantarkan Shafiyyah pulang. Ketika itu mereka bertemu dengan dua orang Anshar di jalan. Mereka berdua memandang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (dengan penuh curiga), kemudian mereka melewati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Shafiyyah, untuk menghilangkan kecurigaan mereka, beliau pun berkata, “Sini, ini adalah istriku Shafiyyah binti Huyay.”
Mereka berdua pun mengatakan, “Subhanallah, wahai Rasulullah.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يُلْقِىَ فِى أَنْفُسِكُمَا شَيْئًا
“Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia melalui pembuluh darahnya. Aku benar-benar khawatir ada sesuatu prasangka jelek yang ada dalam diri kalian berdua.” (HR. Bukhari, no. 2038 dan Muslim, no. 2175)
Bukhori dan muslim: Nabi keluar dari rumah untuk shalat idul fitri di tanah lapang. Beliau sengaja melewati sekumpulan wanita..Rasulullah mengatakan:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الْاِسْتِغْفَارَ ، فَإِنِّـيْ رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ ، فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَـةٌ : وَمَا لَنَا ، يَا رَسُوْلَ اللهِ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ ؟ قَالَ : تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ،وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِيْنٍ أَغْلَبَ لِذِيْ لُبٍّ مِنْكُنَّ. قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ وَالدِّيْنِ؟ قَالَ: أَمَّا نُقْصَانُ الْعَقْلِ فَشَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ تَعْدِلُ شَهَادَةَ رَجُلٍ، فَهٰذَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ، وَتَمْكُثُ اللَّيَالِي مَا تُصَلِّي وَتُفْطِرُ فِيْ رَمَضَانَ فَهٰذَا نُقْصَانُ الدِّيْنِ.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah beristighfar (mohon ampun kepada Allâh) karena sungguh aku melihat kalian sebagai penghuni neraka yang paling banyak.” Berkatalah seorang wanita yang cerdas di antara mereka, ‘Mengapa kami sebagai penghuni neraka yang paling banyak, wahai Rasûlullâh?’
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Karena kalian sering melaknat dan sering mengingkari kebaikan suami. Aku belum pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang lebih mampu mengalahkan laki-laki yang berakal dibandingkan kalian.’Wanita tersebut berkata lagi, ‘Wahai Rasûlullâh, apa (yang dimaksud dengan) kurang akal dan agama?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Kurang akal karena persaksian dua orang wanita setara dengan persaksian satu orang laki-laki, inilah makna kekurangan akal. Dan seorang wanita berdiam diri selama beberapa malam dengan tidak shalat dan tidak berpuasa pada bulan Ramadhan (karena haidh), inilah makna kekurangan dalam agama.’”
Nabi bersabda:
وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ ، فَصَلَّى وَأيْقَظَ امْرَأَتَهُ ، فَإنْ أبَتْ نَضَحَ في وَجْهِهَا المَاءَ ، رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ ، فَصَلَّتْ وَأيْقَظَتْ زَوْجَهَا ، فَإن أبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ المَاءَ )) رواه أَبُو داود بإسناد صحيح
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah merahmati seorang lelaki yang bangun pada malam hari, lalu ia shalat dan membangunkan istrinya. Jika istrinya menolak, ia memercikkan air pada wajahnya. Allah merahmati seorang perempuan yang bangun pada malam hari, lalu ia shalat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya menolak, ia memercikkan air pada wajahnya.” (HR. Abu Daud, sanadnya sahih)
Di dalam islam, seseorang harus berusaha memperbaiki batin/hatinya dan berbuat baik dengan sesama, keluarga dan tetangga.
Rasulullah bersabda dari Abdullah bin Umar:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ، سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ، فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ، لَا هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَسَقَتْهَا، إِذْ هِيَ حَبَسَتْهَا، وَلَا هِيَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ. رواه مسلم.
"Sungguh Rasulullah bersabda, “Ada seorang wanita yang diazab karena seekor kucing. Ia mengurung kucingnya sampai mati, lalu ia masuk neraka karenanya. Ia tidak memberikan makan dan minum kucingnya. Bahkan ia mengurungnya. Ia tidak meninggalkan makanan untuknya, sehingga ia memakan apa yang keluar dari bumi.” (H.R. Bukhori dan Muslim).
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seseorang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ياَ رَسُوْلَ اللهِ ! إِنَّ فُلاَنَةَ تَقُوْمُ اللَّيْلَ وَتَصُوْمُ النَّهَارَ، وَتَفْعَلُ، وَتَصَدَّقُ، وَتُؤْذِيْ جِيْرَانَهَا بِلِسَانِهَا؟
Wahai Rasulullah, si fulanah sering melaksanakan shalat di tengah malam dan berpuasa sunnah di siang hari. Dia juga berbuat baik dan bersedekah, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
لاَ خَيْرَ فِيْهَا، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
“Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk neraka.”
Para sahabat lalu berkata,
وَفُلاَنَةُ تُصَلِّي الْمَكْتُوْبَةَ، وَتُصْدِقُ بِأَثْوَارٍ ، وَلاَ تُؤْذِي أَحَداً؟
“Terdapat wanita lain. Dia (hanya) melakukan shalat fardhu dan bersedekah dengan gandum, namun ia tidak mengganggu tetangganya.”
Beliau bersabda,
هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“
Dia adalah dari penduduk surga.” (Shahih) Lihat Ash Shahihah (190)
● Orang islam itu tidak merugikan orang islam lainnya..
Semoga Allah memberimu petunjuk yang dapat memberikan petunjuk kepada orang lain, menjadikanmu wanita mulia, bertakwa dan suci, menghiasi dirimu dengan iman dan menjadikanmu wanita sholehah dan taat serta termasuk orang-orang yang diseru nanti pada akherat kelak. Aamiin..
Semoga Bermanfaat
Ummu Aisyah
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Comments
Post a Comment